Minggu, 03 April 2011

kenangan lalu

telah kutitipkan sekeranjang kenangan kepada angin malam, agar ia selalu bersemi bersama segudang rasa cinta yang telah berlalu. bialrlah ini kusimpan dalam memory otakku. walaupun bibir ini lebih memilih untuk tetap membisu, jujur kuakui aku masih mencintainya.

kini ku melangkah sendiri. tiada lagi senyum wajahmu yang menyambut hari - hariku, semua keluh kesahmu yang kau tumpahkan kepadaku, bintang-bintang yang selalu tersenyum disaat kita menyatukan hasrat seolah2 menjadi saksi akan cinta yg taburkan ke langit kelam, dan cinta yg ada dulu hanya tinggal sekeping kenangan lalu.

kau telah berlalu, pergi membawa segenggam kenangan yg telah kita ukir. ya, kenangan lalu hanyalah kenangan. biar kuukir kenangan itu di dalam ruang hati yg sudah tak berpenghuni. agar rasa itu selalu abadi untuk kita, meski kau telah memilih untuk melanjutkan hidup tanpaku, mungkin inilah memang pilihan hidup yg tepat untuk kita jalani.

selama tinggal kenangan lalu. selamat tinggal wahai pujaan hati. selamat tinggal hati yg telah tergores sisa-sia keindahan. aku harus bisa melupakan dirimu yg sudah menjadi kenangan lalu.

akupun tak ingin terus menerus terlarut dalam kenangan yg menyiksa. aku harus tetap melanjutkan hidup meski tak da lg bintang2 yg tersenyum. ku akan membuka kenangan baru bersama sesosok baru, dan kurasa aku akan mulai serius untuk menjalani hidup dengannya, menyayanginya seperti aku menyayangimu. jika ia yg terbaik, aku akan melanjutkan hidupku dengannya hingga akhir hidupku.

friend.. !!

Difficult it turns out, to continue to accommodate the growing increasingly tears broke out, and holding chunks of pain, but without a conscious, slow tears that flowed freely and covered a state that should not I care about.

Sick indeed, because I have to understand will be a reality, bitterness like drinking 5 cups of black coffee without sugar, the pain like a sewing needle tear my heart. These are my feelings when I saw the picture yourself with a woman who has become the choice of your heart. Still, I was wrong!

This is not about whose fault. But this is indeed the situation is quite common, is not fair if I sendri who interpret whatever is your will.

What should I do as a friend is to go be happy when you already have what your heart want. But it was not! I'm actually on the verge of feeling disappointed, sad, and empowered by the selfishness that has told me to prioritize my feelings than friendship.

Yes, I was wrong! This friendship is happening so fast, and the love that you present to my handheld, slowly has made ​​me a very selfish. Is this the name of a friend?

I understand, the state has managed to fool me who have been possessed by feelings of love. I was stupid! You're my friend, should not be kubersikap like that. I still really want to be friends with you. Could all this right again?






Sulit ternyata, untuk terus menampung air mata yang kian semakin pecah, serta menahan bongkahan kepedihan, namun tanpa sadar, perlahan air mata itu mengalir deras dan menutupi keadaan yang seharusnya tidak kupedulikan.

Sakit memang, lantaran kuharus mengerti akan sebuah kenyataan, pahitnya seperti meminum 5 gelas kopi hitam tanpa gula, pedihnya seperti jarum yang menjahit sobekan hatiku. Inilah perasaanku saat kumelihat gambar dirimu bersama wanita yang telah menjadi pilihan hatimu. Meski begitu, aku telah salah!

Ini bukanlah soal salah siapa. Tapi ini memang keadaan yang sudah biasa terjadi, tak adil jika ku sendri yang mengartikan apapun yang menjadi kehendakmu.

Yang seharusnya kulakukan sebagai seorang teman adalah ikut berbahagia ketika kau telah memiliki apa yang hatimu mau. Tapi ternyata tidak! Aku justru diambang rasa kecewa, sedih, dan dikuasai oleh keegoisan yang telah menyuruhku untuk mementingkan perasaanku daripada pertemanan.

Ya, aku memang salah! Pertemanan ini memang terjadi begitu cepatnya, dan rasa cinta yang kau hadirkan untuk ku genggam, perlahan telah menjadikanku seorang yang teramat egois. Inikah namanya seorang teman??

Aku mengerti, suatu keadaan ini telah berhasil membodohiku yang telah dirasuki perasaan cinta. Aku memang bodoh! Kau temanku, tak seharusnya kubersikap seperti itu. Aku masih sangat ingin berteman denganmu. Bisakah semua ini kembali seperti semula???